Menghindari Perpecahan dengan Mengenali Hoaks dalam Group Whatsapp Keluarga

Oleh: Aysya Prabaningtyas Assadiqah (siswi kelas X IPA)

Perkembangan teknologi digital merupakan tantangan bagi kita. Salah satunya adalah perubahan tingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain dalam media sosial. Kehadiran media sosial membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif dari media sosial yaitu sebagai wadah komunikasi dan media penyebaran informasi yang lebih cepat. Namun di sisi lain dampak negatif yang ditimbulkan adalah tempat penyebaran ujaran kebencian dan hoaks.  

Hoaks merupakan serapan dari bahasa Inggris ‘hoax’ yang berarti berita bohong. Seorang filsuf dan penulis inggris, Robert Nares, berpendapat kata Hoaks berasal dari kata ‘Hocus’, atau merupakan kependekan dari mantra pesulap ‘Hocus Pocus’, yang berarti menipu. Di dalam masyarakat, hoaks menimbulkan keresahan karena menyebabkan fitnah yang menimbulkan perpecahan dan keributan. Hoaks tercipta karena para pengguna media sosial ingin mendapatkan respon dari pengguna lainya (Tutiasri, 2019).

Grup pada platform whatsapp merupakan cara yang digunakan sebuah keluarga untuk menjaga silaturahmi. Namun grup whatsapp keluarga merupakan sarana menyebarkan berita hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Seringkali grup ramai karena berita yang diberikan menjadi perdebatan. Dalam hal ini, remaja memahami berita tersebut sebagai sebuah berita tidak benar. Namun sulit untuk menyampaikan kebenarannya.  

Dilansir dari halaman kompas.com, Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoaks Septiaji Eko Nugroho mengurai lima langkah untuk membantu mengidentifikasi berita hoaks. Pertama, hati-hati dengan judul yang provokatif. Berita hoaks sering menggunakan judul sensasional dan provokatif, seperti menunjuk ke pihak tertentu. Isinya kebanyakan berasal dari berita di media resmi yang diubah. Jika menemukan berita dengan judul yang provokatif sebaiknya cari  berita serupa di situs berita resmi, lalu bandingkan kesamaan isinya. Kedua, cermati alamat situs URL situs yang dikunjungi. Jika situsnya belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, maka informasinya bisa dibilang meragukan. Ketiga, Periksa fakta. Jika informasi berasal bukan dari institusi resmi, sebaiknya jangan langsung percaya karena bisa jadi itu hanya sebuah opini, bukan fakta dengan menyebutkan data. Keempat, cek keaslian foto. Pembuat hoaks memanipulasi foto atau video dengan menambahkan keterangan untuk memprovokasi pembaca. Cara mengetahui keaslian foto adalah memanfaatkan Google lens. Hasil pencarian akan menyajikan gambar serupa di internet sehingga bisa dibandingkan. Kelima, mengikuti diskusi anti-hoax. Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan lainnya. Di grup ini, kita bisa mendiskusikan atau meninjau ulang informasi yang didapatkan. 

Sebagai remaja kita perlu membantu orang di sekitar kita untuk terhindar dari berita hoaks. Tutiasri (2019), menyebutkan setidaknya terdapat dua cara yang dapat remaja lakukan untuk menyelamatkan keluarga dalam grup whatsapp agar tidak percaya dengan berita hoaks yaitu mengedukasi secara personal anggota keluarga dan memberikan informasi yang sebenarnya. Jika berita hoaks telah tersebar, remaja dapat memberikan fakta atau data yang menyebutkan bahwa berita tersebut tidak benar. Penting bagi kita untuk menjadi agen perubahan yang membantu keluarga kita dari berita hoaks yang dapat menimbulkan perpecahan. Jadi, marilah lebih bijak dalam menggunakan dan memanfaatkan media sosial 

Referensi:

https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media

https://today.line.me/id/v2/article/25M0Z6

Tutiasri, R. P., Kusuma, A., & Sumardjijati, S. (2019). Perilaku remaja dalam penyebaran hoax di grup WhatsApp. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(1). 

1 thoughts on “Menghindari Perpecahan dengan Mengenali Hoaks dalam Group Whatsapp Keluarga”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Informasi PPDB